Pertarungan Terakhir Jokowi Lewat Bobby Nasution Jadi Gubsu ?

Analis,Politik Oleh Irwansyah Nasution Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik LKPI..
Tak ayal lagi pertarungan Big Match di pilkada Sumut merupakan jurus terakhir Jokowi untuk meneruskan legasinya di Sumut.Persaingan ketat antara Bobby Nasution menantu kesayangan Jokowi karena menikahi putri sulung nya Kahiyang melawan Edy Rahmayadi selaku mantan inkumben,juga di sebut pilgub yang paling seru mendapat sorotan luas di pilkada serentak lainnya yang berlangsung saat ini sebagai jurus terakhir Jokowi.Lalu siapakah yang berpeluang besar memenangkan pertarungan tersebut ?.
Untuk melihat pemetaan kekuatan maka hal yang terpenting dapat dilihat dari dua aspek tehnis dan non tehnis.Secara tehnis kemampuan Bobby Paslon urut 1 ini  meraup dukungan Partai yang besar dan banyak merupakan indikator awal pra kualifikasi dan Bobby telah mengungguli Edy yang nyaris tak dapat mencalon hingga last menit walau akhirnya mendapat dukungan PDIP dan Megawati yang memang menyimpan kecewa pada Jokowi karena dinilai mengkhianati nya.
Dukungan besar partai itu tak dapat dilihat secara mandiri Bobby tanpa dukungan Jokowi dan Prabowo yang sebentar lagi di lantik menjadi presiden pangganti Jokowi,dan sebagai mana lazimnya cara pandang kekuatan politik belakangan ini telah memperlihatkan pada publik secara nasional untuk memenangkan pertarungan diperlukan kemampuan mobilisasi yang tinggi dari pusat kekuasaan dan finansial yang besar seperti yang di miliki Bobby Nasution menghadapi Edy meskipun punya nama besar di Sumut.
Arus pertarungan dukungan kekuasaan dan finansial yang besar yang di miliki Bobby saat ini akan ia maksimalkan untuk menjemput kemenangan di pilkada Sumut dan ini realitas politik  Edy juga tahu dan memakluminya ,itu terlihat inisiatif serangan lebih banyak dilakukan Edy ke Bobby dalam berbagai kesempatan.ketimbang sebaliknya walau  menggunakan kata kata sederhana menyudutkan Bobby secara politik di beberapa kampanye walau di bungkus dengan joke atau lelucon bahasa satir dan ringan menohok Bobby .misal Edy bilang “tak rela Bobby jadi Gubsu”,Tak takut dengan menantu Malaikat sekalipun.
Kata-kata sederhana itu cukup menggambarkan kekhawatiran Edy melawan Bobby akan kalah bersaing setelah merasakan bukti nyata kemampuan yang di miliki Bobby dengan melimpahnya dukungan partai dan kekuasaan.Tentu bagi para pendukung Edy ikut juga merasakan sehingga gerakan dukung Edy terus di kobarkan melalui relawan-relawan yang terus mempromosikan Edy di berbagai tempat ,namun pertanyaan nya sampai sejauh mana efektifitasnya menjangkau suara pemilih masyarakat Sumatera Utara lebih sepuluh juta itu jika berbanding mesin politik Bobby.Nasution yang akan bergerak secara dinamis tanpa ngos-ngosan ?.
Realitas kekuatan Tehnis ini sangat mencemaskan Edy apalagi pemilih tradisional PDIP di duga akan mendua dan bingung karena Edy sebelumnya di pilkada Sumut 2018 adalah lawan politik mereka dan butuh penjelasan ekstra dari pengurus PDIP tentang Edy.Demikian pula massa awam mengambang tidak memiliki apiliasi politik (Floating Mass) jumlahnya jauh lebih besar sebagai ceruk suara terbesar untuk kemenangan yang secara faktual lebih ikut pada kekuatan kekuasaan dan finansial dan ini realistis dalam dunia perebutan politik dewasa ini.
Tidaklah heran para pemain politik dalam mensiasati untuk menang akan menggunakan berbagai cara bahkan kalau perlu dengan trik “musang berbulu domba”dalam mencapai tujuan atau ilmu bunglon karena politik itu satu jalan merebut kekuasaan.Kemampuan memenangkan dukungan tehnis seperti yang di ulas diatas tidak dimiliki Edy yang berbasis kelompok dukungan partai tidak sebanyak Bobby yang akan menggerakkan kemampuan potensi secara massif merambah dukungan pemilik suara Syah di Pilgub Sumut.
Adapun persoalan kekuatan non tehnis dalam usaha kemenangan politik akan ter kelompok pada sentimen emosional, hubungan kekeluargaan pertemanan dan lain sebagainya tak ada hubungan dengan kekuatan non tehnis sehingga daya mengorganisir nya sangat lemah, tidak memiliki komando yang jelas dalam pertarungan kecuali dukungan sesaat terutama pada medan pertarungan yang luas meliputi 33 kabupaten se-Sumut.
Fakta-fakta diatas kerap kali terulang dan berulang di tiap Pilpres ,Pileg,dan Pilkada  sehingga menjadi alat hipotesa dan kesimpulan dalam analisa politik akademik dan non akademik sehingga dapat sebagai penjelas jika pilkada Sumut akan di menangkan Bobby walaupun lebih alot dan jika disebut pertarungan dua tokoh tersebut di baliknya ada pertarungan terakhir  Jokowi yang  di dukung Prabowo karena Bobby di calonkan partai nya bagaimana ?.he..he..
Gedung Putih ,Jumaat 4 Oktober 2024.